Thursday, December 29, 2011

Posted by azhar_artazie Posted on 10:37 PM | 6 comments

sistem basis data penyewaan rental dvd

BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi pada saat ini memicu kegiatan ekonomi di semua bidang. Di antara kegiatan ekonomi tersebut adalah kegiatan bisnis di bidang persewaan kaset VCD/DVD, sehingga pada saat ini banyak muncul usaha yang bergerak di bidang persewaan kaset VCD/DVD. Sistem informasi berbasis komputer telah banyak diaplikasikan dalam berbagai kehidupan. Pemanfaatan sistem informasi berbasis komputer dapat membantu proses pengolahan data menjadi lebih cepat dan mudah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa pada Krisna Rental, semua sistem manajemenya dijalankan secara manual. Adapun kegiatan yang masih berjalan adalah pengertian data penyewa dan identitas VCD/DVD, sehingga sering terjadi kesalahan maupun kehilangan data-data secara tidak sengaja, yang mengakibatkan para pembeli jasa mendapatkan kerugian yang cukup besar.Hal ini dapat diatasi dengan pemanfaatan sistem informasi berbasis komputer.
Berdasarkan paparan yang telah disimpulkan diperlukan sebuah sistem informasi yang memanfaatkan komputer yang dapat menangani dan mengolah data-data yang berhubungan dengan pengertian data penyewa dan identitas VCD/DVD.
Diharapkan dengan adanya sistem tersebut, dapat menghindari kesalahan dalam pengelolaan data.
Untuk mendapat informasi yang baik dan akurat, maka diperlukan adanya sistem informasi yang mampu memenuhi kebutuhan pengelolaan data-data penyewaan pada Krisna Rental. Berdasaarkan atas gambaran tersebut, maka penulis memilih judul SISTEM INFORMASI PENYEWAAN KASET VCD/DVD PADA KRISNA RENTAL MENGGUNAKAN MY SQL.

1.2            Rumusan masalah
Sistem informasi penyewaan kaset VCD/DVD pada Krisna Rental merupakan suatu sistem aplikasi yang digunakan untuk memberikan kemudahan dalam melakukan proses pengolahan data dan transaksi pada sebuah rental VCD/DVD. Selain memberi kemudahan kepada pihak rental, pelanggan juga dapat menikmati kemudahan program aplikasi dengan menggunakan fasilitas pencarian VCD/DVD untuk mencari VCD/DVD yang akan dipinjam.
1.3            Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini akan diberikan ruang lingkup sebagai berikut:
1.      Manajemen Aturan Lama Peminjaman, Manajemen Aturan Denda, Manajemen Data Penyewa, Manajemen Data Pemasok,Manajemen Data VCD/DVD.
2.      Transaksi Peminjaman VCD/DVD dan Transaksi Pengembalian VCD/DVD.
3.      Informasi VCD/DVD yang ada pada rental.
Pembahasan yang dilakukan diharapkan mampu memberikan kemudahan pada pihak rental dan dapat memberikan informasi kepada pelanggan dengan cara cepat, akurat dan dapat dipercaya serta dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
1.4            Tujuan
Tujuan pembuatan aplikasi Sistem Informasi penyewaan kaset VCD/DVD pada Krisna Rental adalah :
1.      Untuk melakukan pembuatan perangkat lunak program aplikasi pengolahan data VCD/DVD dengan sistem yang terkomputerisasi.
2.      Membantu menangani permasalahan pengolahan data VCD/DVD khususnya proses peminjaman dan pengembalian VCD/DVD yang ada secara terkomputerisasi, sehingga rental dapat melaksanakan kegiatan peminjaman dan pengembalian VCD/DVDV dengan cepat.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1            ERD (Entity Relationship Diagram)

Entity Relationship Diagram (ERD) atau diagram antar entity merupakan
suatu dokumentasi data yang menggunakan entity dan hubungan yang ada diantara
entity tersebut (Nugroho, 2004:13).  Simbol yang di gunakan adalah sebagai berikut : 
  1. Entitas ( Entity

Entitas adalah suatu yang dapat dibedakan dalam dunia nyata, dimana informasi
yang berkaitan dengannya dikumpulkan. Digambarkan dengan bentuk persegi
panjang, seperti pada gambar 1 :

Gambar 1.Simbol Entitas

  1. Relasi ( Relationship

Relasi adalah hubungan yang terjadi antara satu atau lebih entitas. Simbol relasi
digambarkan dengan bentuk belah ketupat, seperti pada gambar 2 :

Gambar 2. Simbol Relasi

  1.  Atribut 


Atribut adalah karakteristik dari entity atau relationship yang menyediakan
penjelasan detail tentang entity atau relationship tersebut. Digambarkan dengan
bentuk oval, seperti pada gambar 3 :
 Gambar 3. Simbol Atribut

  1. Entitas Lemah ( Weak entity )

Entitas lemah (Weak Entity) adalah suatu entity dimana atributnya bukan milik
sendiri. Keadaan dari entity tersebut tergantung dari keberadaan entity lain.
Simbol weak entity digambarkan dengan bentuk persegi panjang, dengan persegi
panjang yang lebih kecil didalamnya, seperti disajikan pada gambar 4:
 Gambar 4. Simbol Weak entity

  1. Entitas Asosiatif 

Entitas Asosiatif adalah entitas yang terbentuk dari hasil tertentu yang tidak berdiri
sendiri. Digambarkan dengan bentuk persegi panjang dengan belah ketupat
didalamnya, seperti pada gambar 5 :
Gambar 5. Simbol Entitas Asosiatif


  1. Atribut Bernilai ( Atribut multi value

Atribut bernilai adalah atribut yang memiliki sekelompok nilai untuk setiap
instant entity. Simbol ini digambarkan dengan bentuk oval, seperti disajikan pada
gambar 6 :
Gambar 6. Simbol Atribut Bernilai


  1. Atribut Turunan ( Atribut Derivative

Atribut turunan adalah suatu atribut yang dihasilkan dari atribut yang lain. Simbol
ini digambarkan dengan bentuk oval yang putus-putus, seperti disajikan pada
gambar 7 :
Gambar 7. Simbol Atribut Turunan

  1. Kardinalitas ( Cardinality

Kardinalitas adalah jumlah minimum dan maksimum kemunculan suatu entitas
yang mungkin dihubungkan dengan kemunculan tunggal dan entitas lain.
Kardinalitas digambarkan sebagai berikut:
Gambar 8. Simbol Kardinalitas
1.1            Normalisasi

Normalisasi merupakan suatu proses untuk mengubah suatu tabel yang
memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah atau lebih yang tak lagi memiliki
masalah. Masalah tersebut maksudnya adalah sering adanya atribut yang sama dalam
sebuah tabel. Suatu file yang terdiri dari beberapa grup elemen yang berulang-ulang
perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file untuk
menghilangkan grup elemen yang berulang-ulang disebut normalisasi (Winarko, Edi,
2006:7) . 
Bentuk normal yang sering digunakan pada normalisasi adalah bentuk pertama
(1NF), bentuk normal kedua (2NF), dan bentuk normal ketiga (3NF). Bentuk normal
yang lain seperti bentuk normal keempat (4NF) dan bentuk normal kelima (5NF) di
gunakan pada kasus-kasus khusus. 
Bentuk normal pertama dicapai bila nilai tiap atribut adalah tunggal. Kondisi
dapat diperoleh dengan melakukan eliminasi terjadinya data ganda (repeating group).
Pada kondisi normal pertama ini kemungkinan masih adanya data rangkap. Bentuk
normal kedua dicapai bila atribut yang dijadikan identitas benar-benar sebagai
determinan dari semua atribut. Bentuk normal kedua diperoleh dengan bantuan
diagram determinasi atau manipulasi data tabel pada kondisi bentuk normal pertama.
Bentuk normal ketiga adalah bentuk normal kedua tanpa terjadinya ketergantungan
transitif (Winarko, Edi, 2006:8-9).
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
1.1            Analisis Masalah
Pembahasan tentang analisis dan pemecahan masalah-masalah sehingga
mendapatkan suatu solusi dalam memberikan pelayanan yang baik.

1.2            Permasalahan Yang Dihadapi
Pada Krisna Rental ini mempunyai sistem yang dijalankan secara manual.
Hal ini menyebabkan sering terjadinya laporan keuangan yang tidak akurat, karena manajemen yang salah dalam mengelola data-data, serta terjadinyapersewaan VCD/DVD yang tidak valid akibat human error. Akibat dari masalah ini bisa berpengaruh pada tingkat kepercayaan konsumen terhadap Raisya Rental menjadi cenderung menurun yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan usaha.
1.3            Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah yang ada pada Krisna Rental, maka dibuatlah rancangan proses desain dan implementasi sistem informasi manajemen sebagai berikut:
1.3.1    Bentuk ERD
Pada desain sistem informasi yang dibuat menghasilkan hubungan antara entitas-entitas, dapat dilihat pada gambar ERD berikut:
BAB IV
PERANCANGAN DATABASE RENTAL VCD/DVD DENGAN My SQL

Select *from penyewa; untuk menampilkan semua isi dari tabel penyewa
Select*from traksaksi;akan menampilkan semua isi dari tabel transaksi
Select*from kaset; akan menampilkan semua isi dari tabel kaset
Select*from detil_transaksi;akan menampilkan semua isi dari tabel detil_transaksi
JOIN
Menampilkan judul dan nama penyewa dari tabel penyewa dan tabel detil_transaksi
Menampilkan judul buku yg dipinjam berdasarkan bulan yaitu dengan menggabungkan tabel transaksi dengan tabel detil_transaksi dimana no_transaksi adalah primary key nya.dibawah ini adalah buku yg dipinjam pada bulan 10 .
Select alamat_penyewa from penyewa where alamat_penyewa like “%bekasi%”; akan menampilkan alama_penyewa dari tabel penyewa dimana alamat_penyewa  bertempat di bekasi
Select nama_penyewa from penyewa where nama_penyewa like “%i%”; akan menampilkan nama_penyewa dari tabel penyewa dimana nama_penyewa yang mempunyai ususr i di depan/tengah/ dibelakang
Select nama_penyewa from penyewa where nama_penyewa like”%s”; akan menampilkan nama_penyewa dari tabel penyewa dimana nama_penyewa yang mengandung unsur s dibelakang
Select judul from kaset where judul like “a%”; akan menampilkan judul dari tabel kaset dimana judul yang mengandung unsur a di depan

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dengan adanya sistem informasi rental ini bisa diimplementasikan dengan
prasarana yang ada di Krisna Rental, sehingga dapat menjadi solusi tambahan dalam
mengatasi permasalahan seperti; pendataan VCD/DVD keluar atau masuk pada
Krisna Rental dan pembuatan laporan keuangan bulanan yang berhubungan dengan
informasi penyewaan VCD/DVD pada Krisna Rental. Sistem yang dibuat juga harus
didukung oleh seorang admin yang mampu untuk mengoperasikannya. Fitur
pengecekan ketersediaan VCD/DVD pada aplikasi ini sangat membantu admin karena
dikerjakan secara otomatis oleh komputer. Tampilan program ini dibuat sederhana
dengan prinsip kemudahan dalam pembacaan data.


4.2 Saran

Sistem ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu diperlukan ide kreatif dan
inovasi dari programer lain untuk mengembangkan sistem ini terutama masalah 
laporan persewaan yang lebih terinci dan dapat memberikan masukan bagi pengguna
aplikasi, kapan dan berapa jumlah VCD/DVD yang keluar pada tanggal tertentu,
sesuai dengan pesanan konsumen.







Daftar Pustaka
Ø  “DIKTAT Sistem Basis Data”, UNIVERSITAS GUNADARMA

Posted by azhar_artazie Posted on 10:16 PM | 4 comments

PEMBENTUKAN CITRA DIGITAL

BAB I
PENDAHULUAN

Kemudahan penyebaran citra digital melalui internet memiliki sisi positif dan negatif terutamabagi pemilik asli citra digital tersebut. Sisi positif dari kemudahan penyebaran tersebut adalah dengan cepatnya pemilik citra tersebut menyebarkan file citra digital tersebut ke berbagai alamat di dunia. Sedangkan sisi negatifnya adalah jika tidak ada hak cipta pelindung citra yang disebarkan tersebut, maka citra digital ini, yang misalakan adalah hasil foto komersil, atau hasil karya lukisan digital, akan sangat mudah diakui kepemelikannya oleh pihak lain.
Citra adalah gambar pada bidang-bidang 2 dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang continue menjadi gambar diskrit melalui proses digitalis. Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).semua system computer menggunakan system digital sebagai basis datanya . Dapat disebut juga dengan istilah Bit(Binary Digit).

Definisi dan Tujuan Pembentukan Citra Pengolahan Citra / Image Processing :
·         Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer
·         Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh :
Pemampatan citra (image compression) dan Pengolahan citra merupakan proses awal (preprocessing) dari komputer visi.

Pengenalan pola (Pattern Recognition) :
·         Pengelompokkan data numerik dan simbolik (termasuk citra) secara otomatis oleh komputer agar suatu objek dalam citra dapat dikenali dan diinterpreasi.
·         Pengenalan pola adalah tahapan selanjutnya atau analisis dari pengolahan citra







BAB II
ISI

A. Pengertian Citra Digital
Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog. Citra digital ditampilkan pada layar computer dengan berbagai macam susunan warna dan tingkat kecerahan. Susunan warna inilah yang menyebabkan sebuah citra bersifat analog. Hal ini disebabkan karena susunan warna yang dimiliki dalam sebuah citra mengandung jumlah warna dan tingkat kecerahan yang tidak terbatas.
            Citra yang ditampilkan pada layar komputer ini, yang sebenarnya merupakan sebuah representasi analog, juga tersu sun dari sebuah rentang tak terbatas dari nilai cahaya yang dipantulkan atau cahaya yang ditransmisikan. Jadi secara umum citra memiliki sifat kontinu dalam tampilan warna dan tingkat kecerahannya.
Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan tingkat kecemerlangan atau intensitas cahaya citra pada titik tersebut.
Citra digital adalah citra f(x,y) dimana dilakukan diskritisasi koordinat spasial (sampling) dan diskritisasi tingkat kecemerlangannya/keabuan (kwantisasi).
Citra digital merupakan suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang  disebut sebagai elemen gambar / piksel / pixel / picture element / pels) menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut.

Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital)
·         Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima sinyal analog, seperti mata manusia dan kamera analog.
·         Citra diskrit (citra digital) dihasilkan melalui proses digitalisasi terhadap citra kontinu.





B. Elemen Dasar & Sistem Pemrosesan Citra Digital
1.     Elemen Dasar Citra Digital
1.1.Kecerahan (Brightness)
Kecerahan : intensitas cahaya rata-rata dari suatu area yang melingkupinya.

1.2.Kontras (Contrast)
Kontras : sebaran terang (lightness) dan gelap (darkness) di dalam sebuah citra.
·           Citra dengan kontras rendah komposisi citranya sebagian besar terang atau sebagian besar gelap.
·           Citra dengan kontras yang baik, komposisi gelap dan terangnya tersebar merata.

1.3.Kontur (Contour)
Kontur : keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada pixel-pixel tetangga, sehingga kita dapat mendeteksi tepi objek di dalam citra.

1.4.Warna (Color)
·           Warna : persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek.
·           Warna-warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia merupakan kombinasi cahaya dengan panjang berbeda. Kombinasi yang memberikan rentang warna paling lebar adalah red (R), green(G) dan blue (B).

1.5.Bentuk (Shape)
·           Bentuk : properti intrinsik dari objek tiga dimensi, dengan pengertian bahwa bentuk merupakan properti intrinsik utama untuk visual manusia.
·           Umumnya citra yang dibentuk oleh manusia merupakan 2D, sedangkan objek yang dilihat adalah 3D.

1.6.Tekstur (Texture)
·         Tekstur : distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan pixel-pixel yang bertetangga.


Sistem pemprosesan Citra Digital
Digitizer (Digital Acqusition System) : sistem penangkap citra digital yang melakukan penjelajahan citra dan mengkonversinya ke representasi numerik sebagai masukan bagi komputer digital. Hasil dari digitizer adalah matriks yang elemen-elemennya menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu titik.
Digitizer terdiri dari 3 komponen dasar :
·         Sensor citra yang bekerja sebagai pengukur intensitas cahaya
·         Perangkat penjelajah yang berfungsi merekam hasil pengukuran intensitas  pada seluruh bagian citra
·         Pengubah analog ke digital yang berfungsi melakukan sampling dan kuantisasi.

1.1.Komputer digital
Komputer digital ialah digunakan pada sistem pemroses citra, mampu melakukan berbagai fungsi pada citra digital resolusi tinggi.

1.2.Piranti Tampilan
Piranti Tampilan ialah peraga berfungsi mengkonversi matriks intensitas tinggi merepresentasikan citra ke tampilan yang dapat diinterpretasi oleh manusia.

1.3.Media penyimpanan
Media penyimpanan piranti yang mempunyai kapasitas memori besar sehingga gambar dapat disimpan secara permanen agar dapat diproses lagi pada waktu yang lain.

A.  Model Citra
Citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas cahaya pada bidang 2D secara matematis fungsi intensitas cahaya pada bidang 2D disimbolkan dengan f(x,y), dimana :
·         (x,y) : koordinat pada bidang 2D.
·         f(x,y) : intensitas cahaya (brightness) pada titik (x,y).

Karena cahaya merupakan bentuk energi, maka intensitas cahaya bernilai antara 0 sampai tidak berhingga,  0 = f(x,y) =8
f(x,y)  =  i(x,y) . r(x,y)
Dimana :
·         i(x,y) : jumlah cahaya berasal dari sumbernya (illumination) yang nilainya 0 ≤ i(x,y) < 8
Nilai i(x,y) ditentukan oleh sumber cahaya.
·         r(x,y): kemampuan obyek memantulkan cahaya (reflection) yang nilainya 0 ≤ r(x,y) 1 Nilai r(x,y) ditentukan oleh karakteristik obyek di dalam citra. r(x,y)=0 mengindikasikan penyerapan total. r(x,y)=1 mengindikasikan pemantulan total.

Derajat Keabuan (grey level) ialah intensitas f citra hitam-putih pada titik (x,y) dan citra hitam-putih : citra monokrom (monochrome image) atau citra satu kanal (satu fungsi intensitas).
·         Derajat keabuan bergerak dari hitam ke putih.
·         Skala keabuan memiliki rentang :  l min < f < l max atau [0,L] , dimana intensitas 0 menyatakan hitam dan L menyatakan putih.

Contoh : citra hitam-putih dengan 256 level, artinya mempunyai skala abu-abu dari 0 sampai 255 atau [0,255], dalam hal ini nilai 0 menyatakan hitam dan 255 menyatakan putih, nilai antara 0 sampai 255 menyatakan warna keabuan yang terletak antara hitam dan putih.

A.  Pembentukan citra digital
Komputer merupakan alat yang beroperasi dalam sistem digital yang menggunakan bit atau byte dalam pengukuran datanya, dan yang terpenting dalam sistem digital adalah sifatnya yang diskrit, bukan kontinu. Hal ini berlawanan dengan citra digital yang sebenarnya merupakan representasi citra asal yang bersifat kontinu. Untuk mengubah citra yang bersifat kontinu diperlukan sebuah cara untuk mengubahnya dalam bentuk data digital. Komputer menggunakan sistem bilangan biner dalam pemecahan masalah ini. Dengan penggunaan sistem bila ngan biner ini, citra dapat diproses dalam komputer dengan sebelumnya mengekstrak informasi citra analog asli dan mengirimkannya ke komputer dalam bentuk biner. Proses ini disebut dengan digitisasi. Digitisasi dapat dilakukan oleh alat seperti kamera digital atau scanner. Kedua alat ini selain dapat mengambil atau menangkap sebuah citra, juga dapat bertindak sebagai alat input (masukan) bagi komputer. Alat penangkap citra digital ini dapat menyediakan aliran data biner bagi komputer yang didapatkan dari pembacaan tingkat kecerahan pada sebuah citra asli dalam interval sumbu x dan sumbu y.
Citra digital merupakan citra yang tersusun dari pixel diskrit dari tingkat kecerahan dan warna yang telah terkuantisasi. Jadi, pada dasarnya adalah sebuah citra yang memiliki warna dan tingkat kecerahan yang kontinu perlu diubah dalam bentuk informasi warna, tingkat kecerahan, dsb yang bersifat diskrit untuk dapat menjadi sebuah citra digital. Pada Gambar 1 diperlihatkan kurva tingkat kecerahan yang kontinu dengan nilai hitam dan putih yang tidak terbatas .
(a)  dan kurva tingkat kecerahan setelah mengalami kuantisasi dalam 16 tingkatan diskrit
(b) Tingkat kecerahan pada Gambar 1
(a)  yang bersifat kontinu dapat diubah menjadi tingkat kecerahan seperti Gambar 1

(b)  dengan  pembacaan tingkat kecerahan menggunakan interval tertentu pada sumbu x dan y seperti yang telah disebutkan  di atas. Pembagian seperti pada pembagian tingkat kecerahan ini juga berlaku untuk warna agar nilai warna dapat menjadi diskrit.

A. Digitalisasi Citra
Digitalisasi citra : representasi citra dari fungsi kontinu menjadi nilai-nilai diskrit, sehingga disebut Citra Digital. Citra digital berbentuk empat persegi panjang dan dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi x lebar (lebar x panjang). Citra digital yang tingginya N, lebarnya M dan memiliki L derajat keabuan dapat dianggapa sebagai fungsi :


Citra digital yang berukuran N x M lazimnya dinyatakan dengan matriks berukuran N baris dan M kolom, dan masingmasing elemen pada citra digital disebut pixel (picture element).

Contoh : suatu citra berukuran 256 x 256 pixel denganintensitas beragam pada tiap pixelnya, direpresentasikan secara numerik dengan matriks terdiri dari 256 baris dan 256
kolom.
Citra digital diperoleh dari proses digitalisasi ada 2 proses digitalisasi yakni :
·         sampling merupakan proses pengambilan nilai diskrit koordinat (x,y) dengan melewatkan citra melalui grid (celah).
·         kuantisasi merupakan proses pengelompokkan nilai tingkat keabuan kontinu ke dalam beberapa level atau merupakan proses membagi  keabuan (0,L) menjadi G buah level yg dinyatakan dengan suatu bilangan bulat (integer), dinyatakan sebagai:
G = 2m
G : derajat keabuan, m : bil bulat positif

Citra digital berukuran N x M dinyatakan dg matriks yg berukuran N baris M kolom.
Berarti penyimpanan untuk citra digital yg disampling dg N x M piksel dan dikuantisasi menjadi 2 level derajat keabuannya membutuhkan memori N x M x m.
Contoh, citra Lena yg berukuran 512 x 512 dg 256 derajat keabuan membutuhkan memori sebesar 512 x 512 x 8 bit = 2048.000 bit.

Resolusi gambar ditentukan oleh N dan m. Makin tinggi nilainya maka citra yang
dihasilkan makin bagus kualitasnya (mendekati citra kontinu).
1.     Sampling
Sampling : digitalisasi spasial (x,y), citra kontinu disampling pada grid-grid yang berbentuk  bujursangkar (kisi-kisi arah horizontal dan vertikal).
Contoh : Sebuah citra berukuran 10x10 inchi dinyatakan dalam matriks yang berukuran 5 x 4 (5 baris 4 kolom). Tiap elemen citra lebarnya 2,5 inchi dan tingginya 2 inchi akan diisi dengan sebuah nilai bergantung pada rata-rata intensitas cahaya pada area tersebut.

Pembagian gambar menjadi ukuran tertentu menentukan RESOLUSI (derajat rincian yang dapat dilihat) spasial yang diperoleh. Semakin tinggi resolusinya semakin kecil ukuran pixel atau semakin halus gambar yang diperoleh karena informasi yang hilang semakin kecil.




1.     Kuantisasi
Kuantisasi : pembagian skala keabuan (0,L) menjadi G level yang dinyatakan dengan suatu harga bilangan bulat (integer), biasanya G diambil perpangkatan dari 2.
G = 2 m
dimana G : derajat keabuan . m : bilangan bulat positif
Hitam dinyatakan dengan nilai derajat keabuan terendah, sedangkan putih dinyatakan dengan nilai derajat keabuan tertinggi, misalnya 15 untuk 16 level. Jumlah bit yang dibutuhkan untuk merepresentasikan nilai keabuan pixel disebut pixel depth. Sehingga citra dengan kedalaman 8 bit sering disebut citra-8 bit.
Besarnya derajat keabuan yang digunakan untuk menentukan resolusi kecerahan dari citra yang diperoleh. Semakin banyak jumlah derajat keabuan (jumlah bit kuantisasinya makin banyak), semakin bagus gambar yang diperoleh karena kemenerusan derajat keabuan akan semakin tinggi sehingga mendekati citra aslinya.

A. Perbedaan Antara Format File dan Kompresi
Citra digital adalah sebuah file yang tersimpan sebagai nilai numerik dalam media magnetic atau media optikal. Ditinjau dari bentuknya yang merupakan sebuah file, citra digital memiliki berbagai jenis format, antara lain JPEG, GIF, PNG, BMP, dsb. Format-format file untuk citra digital ini memiliki keunggulan, kelemahan, dan tingkat komersialitasnya maing masing.
Format file merupakan rangkaian data yang teratur dan digunakan untuk mengkodekan informasi dalam penyimpanan atau pertukaran data. Format file dapat digambarkan sebagai sebuah bahasa tulis yang memiliki aturan-aturan sendiri dalam penulisannya. Jika digambarkan, setiap format file citra memiliki cara pembentukan struktur yang berbeda dimana setiap struktur ini memiliki header dan body. Umumnya header diikuti dengan body yang mengandung sebagian besar data.
Kompresi merupakan cara pengkodean data file agar lebih ringkas dan efisien . Seperti yang diketahui, kompresi terhadap sebuah file memerlukan algoritma juga. Algoritma ini berguna dalam mendefinisikan langkah –langkah yang diperlukan untuk mengurangi ukuran file, yang dalam hal ini merupakan tujuan dari kompresi. Kesalahan yang sering muncul adalah pembedaan antara format file dengan kompresi.











BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan :
Komputer merupakan alat yang beroperasi dalam sistem digital yang menggunakan bit atau byte dalam pengukuran datanya, dan yang terpenting dalam sistem digital adalah sifatnya yang diskrit, bukan kontinu. Hal ini berlawanan dengan citra digital yang sebenarnya merupakan representasi citra asal yang bersifat kontinu. Untuk mengubah citra yang bersifat kontinu diperlukan sebuah cara untuk mengubahnya dalam bentuk data digital.
Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan tingkat kecemerlangan atau intensitas cahaya citra pada titik tersebut yang dimana suatu matriks pada  indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut.
Digitalisasi citra : representasi citra dari fungsi kontinu menjadi nilai-nilai diskrit, sehingga disebut Citra Digital Citra digital berbentuk empat persegipanjang dan dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi x lebar (lebar x panjang) Citra digital yang tingginya N, lebarnya M dan memiliki L derajat keabuan dapat dianggapa sebagai fungsi.
Citra digital adalah sebuah file yang tersimpan sebagai nilai numerik dalam media magnetic atau media optikal. Ditinjau dari bentuknya yang merupakan sebuah file, citra
digital memiliki berbagai jenis format, antara lain JPEG, GIF, PNG, BMP, dsb. Format-format file untuk citra digital ini memiliki keunggulan, kelemahan, dan tingkat komersialitasnya maing masing.

B. Saran :
        Mempelajari makalah ini sangatlah bermanfaat bagi anda karena setelah membaca ini anda akan mengetahui banyak mengenai file, direktori, bagaimana mengimplentasikan sistem file, serta bagaimana melakukan proteksi pada sistem file.



DAFTAR PUSTAKA
Ø  bertalya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Representasi+Citra.pdf
Ø  puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=INF01020101
Ø  http://eprints.undip.ac.id/1676/1/Peningkatan_Kualitas_Citra_Medik_pd_Foto_Rontgen_Menggunakan_Filter_Frekuensi_Tinggi.pdf